Selasa, 27 November 2018


FORMULA TRIAL TABLET
III.1.1. Pengertian
          Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000). Pemberian obat yang paling sering digunakan adalah pemberian melalui mulut (per-oral), dikarenakan cara ini sangat praktis, mudah, dan aman (Ansel, 1989). Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu mudah dalam penggunaannya meskipun pasien orang tua dan anak-anak mengalami kesulitan dalam menelannya, bentuknya yang kompak dan mudah dalam proses produksinya.
          Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat atau  diproduksi karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan  lainnya, yaitu (Lachman, 2008; 645) :
a.    Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan  terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas  kandungan yang paling rendah.
b.    Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
c.    Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
d.   Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk  dikemas serta dikirim.
e.    Pemberian tanda pengental produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak  memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
         
III.1.2. Metode Pembuatan Tablet
a.  Cetak langsung
          Tabletasi langsung (kompremasi langsung) adalah pencetakan bahan obat  atau campuran bahan obat dengan bahan pembantu berbentuk serbuk tanpa proses  pengolahan awal. Oleh karena tabletasi dinilai sangat memuaskan, dimana  kebutuhannya akan kerja rendah sehingga lebih ekonomis daripada pencetakan  granulat, maka metode ini menjadi semakin menarik. Keuntungan utama dari  tabletasi langsung adalah bahwa bahan obat yang peka lembab dan panas, yang  stabilitasnya terganggu akibat operasi granulasi, dapat dibuat menjadi tablet (R. Voigt, 1995; 168).
          Adapun tahapan pembuatan tablet dengan metode kempa langsung adalah sebagai berikut (Widodo, 2012; 71).
1)      Penggilingan dari bahan obat dan bahan tambahan.
2)      Pencampuran dari semua bahan.
3)      Lalu pengempaan tablet.
b.  Granulasi kering atau prekompresi
          Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara  memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu  memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebihkecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk meringankannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 2008; 269).
           Pembuatan granul dengan cara kering dimana zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2006; 211-212).
c.  Granulasi basah
          Tidak diragukan lagi bahwa metode granulasi basah merupakan yang  terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi.  Metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur hingga homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, dan bila perlu ditambah zat pewarna. Selanjutnya, campuran diayak menjadi granula, lalu  dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50ºC (tidak lebih dari 60ºC). Setelah kering, granula diayak lagi untuk memperoleh ukuran yang diperlukan, kemudian ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Hendra, 2012;).

III.2. Trial
          Trial merupakan salah satu kegiatan percobaan pembuatan produk, baik dalam skala laboratorium maupun skala pilot plant. Trial dilakukan untuk mengetahui produk yang dihasilkan dari formula yang telah ditetapkan dan menetapkan Standar Operational Procedur (SOP) untuk processing (pembuatan produk) dan menentukan titik kendali kritis atau Critical Control Point (CCP) untuk mengantisipasi adanya kemungkinan kesalahan beserta bahayanya. Selain itu, dengan melakukan trial dapat diketahui kelebihan dan  kelemahan dari formula yang telah ditetapkan sehingga formula dapat direvisi kembali jika produk masih belum sesuai harapan. sama halnya dengan formulasi, trial biasanya dilakukan lebih dari satu kali sampai mendapatkan produk yang sesuai dengan konsep awal pembuatan produk.
      Proses trial dilakukan oleh departemen penelitian dan pengembangan (Litbang). Litbang bertanggungjawab dalam pengembangan obat baru. Formula obat dibuat oleh departemen penelitian dan pengembangan (Litbang), formulasi dilakukan dengan cara studi literatur buku dan jurnal untuk mengetahui sifat fisika kimia zat aktif yang ingin diformulasi dan menentukan bahan tambahan yang cocok untuk zat aktif beserta cara pembuatan trial tersebut. Biasanya dalam satu zat aktif dibuatkan 2 atau 3 formulasi trial dengan jumlah dan bahan tambahan berbeda. Dalam penentuan bahan tambahan juga disesuaikan dengan bentuk sediian produk yang ingin di trial, misalnya bentuk sediaan padat (tablet, kapsul, pil dll), bentuk sediaan semisolid (krim, pasta, salep dll) dan bentuk sediaan cair (sirup, suspensi, lotio dll).
      Bagian Litbang harus menggambarkan pengetahuan bahwa jenis bentuk sediaan yang dipilih dan formulasi yang diusulkan sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan. Bagian ini memasukkan informasi-informasi tentang

pengembangan produk obat yang akan di trial. Tabel ringkasan trial minimal berisi tentang zat aktif obat, eksipien, bahan kemas beserta proses manufakturnya.
Hal-hal yang harus diketahui oleh Litbang sebelum melakukan trial formula adalah sebagai berikut :
1.      Komponen dari produk obat : (a) informasi zat aktif seperti sifat fisikokimia dan biologis dari zat obat yang bisa mempengaruhi kinerja produk obat dan manufakturnya. (b) informasi eksipien yang dipilh, konsentrasi, kompatibilitas dan karakteristik yang bisa berpengaruh pada mutu obat.
2.      Produk obat : (a) pengembangan formulasi (b) overage, kelebihan zat obat (c) sifat fisikokimia dan biologi
3.      Pengembangan proses manufaktur : dimaksudkan untuk batch produksi, untuk menentukan Critical Control Point (CCP), validasi proses dan verifikasi proses berkelanjutan
4.      Sistem kemasan : pemilihan bahan kemas, perlindungan dari kelembaban dan cahaya, kompatibilitas dan keamanan bahan
5.      Mikrobiologis : dasar dalam melakukan uji batas mikroba untuk produk obat steril, pemilihan dan efektivitas pengawet dalam produk, dan untuk produk steril perlu mengetahui pengaruh kemasan dalam mencegah kontaminasi mikroba
6.      Kompatibilitas : misalnya kesesuaian produk obat dengan pelarut rekonstitusi, dan suhu penyimpanan yang direkomendasikan.
Secara umum, tujuan dilakukan trial adalah :
1.      Untuk menentukan formula yang cocok dan baik untuk dijadikan produksi
2.      Untuk pengembangan obat lama, misalnya zat aktif diganti dengan harga yang lebih murah
3.      Menentukan CCP untuk mengantisipasi adanya kesalahan selama produksi
4.      Menentukan proses manufaktur
5.      Kontrol manufaktur
Proses trial dimulai dengan melakukan trial metode analisis dengan tujuan agar hasil trial formulasi dapat dievaluasi menggunakan metode analisis yang tepat. Kemudian, trial dilakukan dalam 4 tahap, dimana setiap tahap akan berurut semakin meningkat hingga bisa dijadikan produk produksi. Jika terjadi kesalahan ataupun penyimpangan dari hasil pengujian pada tahap atas, maka proses akan kembali lagi ke tahap awal trial.
            Adapun empat tahap trial tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Skala lab
Trial formulasi dimulai dari trial skala lab, dimana batas maximum jumlah sediaan yang dapat dibuat adalah : (1) sirup dan suspensi sebanyak 250 mL, (2) tablet dan kaplet 1,0 kg,  (3) kapsul 1,5 kg, (4) serta untuk sediaan semipadat 100 g. Pada tahap ini, seluruh proses penimbangan, pengolahan hingga filling dilakukan di laboratorium litbang. kecuali proses pencetakan dan pengisian sediaan padat dilakukan di ruang produksi dengan pengawasan staff litbang.
Pada sediaan kapsul/tablet setelah mixing sebelum pencetakan, dilakukan Uji distribusi partikel menggunakan ukuran mesh nomor 40,80,100 dan
 200 kemudian uji laju alir dan tapped density untuk mendapatkan hasil kompresibilitas. Setelah dicetak di produksi kemudian dilakukan cek IPC tablet (bobot, kekerasan, tebal, waktu hancur), IPC sirup (pH, BJ dan viskositas) dan salep (uji kehalusan partikel di tangan). Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap sediaan obat hasil trial skala lab berupa uji stabilitas dengan kondisi ekstrim (stressed test) yakni pada suhu 70ºC selama 21 hari. Hasil evaluasi ini akan dibandingkan dengan produk innovator/kompetitor, dan jika hasil evaluasi bagus, maka akan digunakan sebagai formula untuk dilanjutkan ke tahap trial scale-up.
2)      Scale up
Pada trial scale-up, total jumlah produk yang dibuat adalah 10 kali dari jumlah produk yang dibuat pada trial skala laboratorium. Trial scale-up dikhususkan untuk sediaan cairan oral, sebelum dilanjutkan ke skala pilot (80 liter), trial scale-up dilakukan dengan volume sebesar 10 liter. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan proses yang mungkin terjadi. Proses penimbangan, pengolahan hingga pengisian dilakukan di ruang produksi didampingi oleh staff bagian litbang. Pada proses ini dilakukan dokumentasi dalam bentuk pembuatan batch record. Selama proses trial berlangsung, dilakukan pengujian In Process Control (IPC) oleh bagian Pengawasan Mutu didampingi oleh staf bagian litbang. Jika hasil pengujian baik, maka dilanjutkan ke trial skala pilot. Produk yang dihasilkan pada tahap ini tidak boleh dijual.
3)      Trial pilot scale
Total jumlah produk  yang dibuat adalah 1/3 dari skala produksi (biasanya sediaan sirup dan sirup sebanyak 80 liter dan sediaan kapsul/tablet sebanyak 20 kg). Seluruh proses penimbangan hingga pengisian dilakukan di ruang produksi dengan pengawasan oleh staff litbang. Produk yang diperoleh dari tahap ini kemudian di validasi (minimal 2 bets berturut-turut) dan di uji IPC oleh bagian QC didampingi oleh staff bagian litbang. Selain itu, hasil trial skala pilot juga di uji stabilitasnya dengan menggunakan climatic chamber. Uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas real time. Produk yang dihasilkan pada tahap ini tidak boleh di reproses dan tidak untuk dijual, juga diperlukan sebagai persyaratan registrasi, salah satunya adalah untuk mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dari produk baru. Apabila hasil uji baik dan produk telah memiliki NIE, maka akan dilakukan pembuatan obat skala produksi.
4)      Trial produksi
Pada tahap produksi, 3 bets produk diawal proses produksi diawasi oleh litbang dan hasilnya digunakan untuk validasi proses produksi. Validasi ini dilakukan oleh Pemastian Mutu dengan pengawasan litbang. Produk yang dihasilkan pada tahap ini sudah dapat dijual.

III.3. Evaluasi Granul
Evaluasi granul perlu dilakukan karena sifat-sifat dari granul yang dihasilkan akan menentukan kualitas tablet yang dicetak, evaluasi itu meliputi :
a.         Ukuran dan bentuk partikel
       Ukuran partikel granul dapat mempengaruhi berat rata-rata tablet, variasi berat tablet, waktu hancur, kerenyahan granul, daya mengalir granul serta kinetika kecepatan pengeringan dari granulasi basah (Lachman, 2008;).
b.        Sifat aliran
       Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel partikel padat akan saling tarik menarik, dan gaya yang bekerja antara partikel bila mereka berhubungan terutama gaya permukaan. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat alir dari granul yaitu sudut istirahat dan kecepatan aliran Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung  pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d) (Lachman, 2008;).
c.         Bobot jenis nyata,bobot jenis mampat dan porositas
        Pengukuran Bj nyata dan Bj mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan. Bobot jenis nyata merupakan bobot sampel dibagi dengan volume sampel, termasuk didalamnya ruang antar partikel dan ruang intra partikel. Bobot mampat juga merupakan ukuran yang digunakan untuk menyatakan segumpalan partikel atau granul (Lachman, 2008;).
       Porositas tablet dihasilkan dari perbandingan bobot jenis nyata hasil cetakan terhadap bobot jenis sejati massa tablet dalam bentuk kompak (R.Voight, 1995; ).
d.        Penetapan bobot jenis (Bj) sejati
       Bobot jenis sejati adalah berat jenis sejati adalah perbandingan massa dengan volume bodi padat tanpa pori dan ruang rongga dan merupakan suatu karakteristik bahan penting, yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian. Penentuan bobot jenis sejati berlangsung dengan piknometer. Untuk serbuk yang memiliki pori dan ruang rongga, maka bobot jenis tidak lagi terdefenisi jelas, lebih banyak harus dibedakan antara bobot jenis benar dengan bobot jenis nyata (R.Voight, 1995).
e.         Penentuan Indeks Kompresibilitas
       Indeks kompresibilitas dan rasio hausner merupakan salah satu metode yang cepat dan popular untuk menentukan karakteristik aliran serbuk. Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner dapat ditentukan denganpengukuran densitas bulk dan densitas mampat dari suatu serbuk. Indeks kompresibilitas adalah nilai dari selisih antara densitas mampat dengan densitas bulk dari suatu bahan dibagi dengan densitas mampat. Sedangkan rasio hausner adalah perbandingan densitas mampat dan densitas bulk. Interaksi antar partikel dapat diukur dengan penentuan indeks kompresibilitas. Pada serbuk yang mudah mengalir, interaksi antar partikel tidak signifikan sehingga nilai indeks kompresibilitas akan semakin kecil. Rasio Hausner juga berkaitan dengan indeks kompresibilitas, semakin baik aliran suatu serbuk semakin rendah nilai rasio Hausner (United States Pharmacopeia 30th, 2007: ).
f.         Penetapan LOD
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan lembab dari granul atau serbuk. Metode standart yang biasa digunakan adalah menggunakan oven pengering dengan waktu pengeringan tertentu. Kandungan lembab bisa diukur dengan kehilangan berat dengan adanya pengeringan menggunakan udara panas hingga didapat berat konstan dari bahan yang dikeringkan. Kelembaban di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah, sedangkan berdasarkan berat kering, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering. Istilah susut pengeringan umumnya disebut LOD (loss on drying), yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban.(Siregar dan Wikarsa, 2010: ).
III.4. Evaluasi Tablet
Untuk memenuhi syarat-syarat baik syarat teknologi maupun syarat biologisnya maka tablet yang dihasilkan harus dievaluasi terhadap beberapa teknik evaluasi berikut ini.
a.       Bobot rata-rata tablet
          Sejumlah 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu per satu, hitung bobot rata-ratanya maka menurut Farmakope Indonesia menyatakan bahwa tidak lebih dari dua tablet mempunyai penyimpangan yang lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom B yang tertera pada tabel berikut.
Bobot Tablet Penyimpangan
A
B
< 25 mg
15%
30%
26 mg – 150 mg
10%
20%
151 mg – 300 mg
7,5%
15%
> 300 mg
5%
10%
Tabel 4. Persentase penyimpangan dari bobot tablet (Dirjen POM, 1979; ).
b.      Keseragaman Ukuran
               Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama percetakan, peruba
han ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak  atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran adalah jangka sorong. Farmakope Indonesia menyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1  kali tebal tablet. Perbandingan ini ada kaitannya dengan penampilan yang menarik sebagai hasil perkiraan bobot per tablet sesuai dengan jumlah bahan obat yang dikandungnya (Dirjen POM, 1979; 7).
c.       Kekerasan tablet
Kekerasan tablet mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, diukur dengan cara memberi tekanan terhadap diameter tablet. Alat untuk mengukur kekerasan yaitu Hardness tester. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan keretakan selama pengemasan, penyimpanan, transportasi dan sampai ke tangan pengguna. Peningkatan jumlah bahan pengikat akan meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama (Lannie, 2013; 116-118).
d.      Kerapuhan 
Tes kerapuhan merupakan tes untuk menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap gesekan dan goncangan selama prosesing, packing, transportasi sampai kepada konsumen. Tes kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel, yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanis. (R. Voigt, 1995; 223). Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator tester. Kerapuhan di atas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman, 1994: 654).
e.       Waktu hancur tablet
               Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktif terlarut sempurna. Sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunakyang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut dan cangkang Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Kemenkes RI,2014)
f.       Disolusi
          Disolusi adalah suatu proses dimana bahan padat melarut ditentukan oleh laju difusi satu lapisan yang sangat tipis dari larutan jenuh yang terbentuk,  disekeliling bahan padat. Tujuan dari prinsip disolusi secara in vitro yaitu: Untuk mengawasi keseragaman suatu produk sediaan obat dari “batch ke batch”
          Disolusi merupakan salah satu pendekatan untuk meramalkan ketersediaan biologis obat dalam tubuh. Cara pengukuran uji disolusi adalah sebagai berikut (Ansel, 2008;).
1)   Tablet diletakkan dalam keranjang kawat yang dapat berputar dengan kecepatan 50, 100, 150 kali per menit.
2)   Keranjang dimasukkan kedalam wadah yang berisi medium pada suhu 37°C
3)   Putar keranjang dengan kecepatan 50 kali per menit
4)   Dalam selang waktu tertentu cairan medium diambil dengan pipet melalui sampling part, kemudian kedalam wadah ditambahkan larutan medium baru sebagai penggantian yang telah diambil.
5)   Cairan medium yang diambil dalam selang waktu tertentu ditentukan secara kuantitatif jumlah bahan obat yang larut pada waktu-waktu tertentu.

Senin, 19 November 2018

contoh kasus Infarkmiocarakut inferior + anterior luas


TUGAS KELOMPOK
FARMASI RUMAH SAKIT








Oleh :

KELOMPOK 19

Marwa                                  (N014172749 )
Alwi Jaya                             (N014172758)
Ayu Setiawati Irwan           (N014172759)



P




DATA PASIEN
Pasien                          : Ny. S
Umur/BB/Tinggi         : 50 tahun/-/-
Alamat                                    : -
MRS                            :13 februari 2010
Kepatuhan                   : patuh
Keluhan                       :sesakdannyeri dada sejak 3 hari yang lalu, dada terasa panas seperti tertusuk sampai kebelakang, nyerihilangtimbul,
Riwayatpenyakit         : hipertensi 5thn yang lalutdkrutinkontrol/berobatdan OA genu D/S
Riwayatobat                : -
Alergi                          :  -       
Merokok/alkohol         : -/-
Obat Tradisional         : -        
OTC                            : -
Diagnosa                     : infarkmiocarakut inferior + anterior luas


S-O-A-P
SUBJEKTIF
Tanggal
Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi
13/02/10
Padaawal MRS tekanandarahpasientinggi, sehinggaperlupenanganancepat. Penanganan yang diberikanolehdokteradalahkombinasi ACE Inhibitor dan Beta Blokeruntukmenstabilkantekanandarahpasien. Nadipasienrelatiftetaptinggi.
Sejakawal MRS terdapattanda – tanda SIRS padapasien, yaitupeningkatansuhudannadipasien yang menandakanadanyainfeksi yang terjadi. Sebaiknyapemberianantibiotikempirisdiberikansejakawal MRS padapasienini
15-17/02/10
Suhubadanpasienmengalamikenaikan, sehinggaperludiberikanantipiretikuntukmenurunkansuhubadanpasien, yaituparasetamol.
16-17/02/10
Pasienmengalamihipotensiyaitutekanansistolikarteri< 100 mmHg, sehinggaperluterapitambahanobatvasoaktif, yaitudopamin.






OBJEKTIF
Data Klinik
Data Klinik
Nilai Normal
Tanggal  (Februari)
13/02
14/02
15/02
16/02
17/02
18/02
19/02
TD
120/80
160/100
128/85
80/65
90/60
110/70
100/80
Nadi
80 – 100
120
110-120
130
130
RR
20 – 24
20
Suhu
37°C
37
37,5
38,3
37,6
36,5
36
Urine
1805
695
1020
1920
920


Data Lab
Data Laboratorium
Nilai Normal
Tanggal (Februari)
13/02
14/02
15/02
16/02
17/02
18/02
Hb
12-16 g/dl (P)
16,7
14
13,6
Leukosit
4,5-12,5 k/ul
13.200
16.800
11.300
Albumin
3,8-5,1
4,2
BUN
10-20
12
7
17,6
17,6
RBC
4,33-5,95
5,73
4,87
4,85
HCT
38-42 (P)
49,9
43,3
43
Ureum
15
37,8
GDA
<200
196
183
SGOT
<29,3
77
SGPT
24,3
25
Kreatinin
<1,2 (P)
1,0
0,2
0,7
0,7
Na+
136-144
147
142
141
150
139,5
K+
3,8-5,0
5
3,4
3,4
3,36
4,72
Cl-
97-103
108
97
100
100
94,5
Trombosit
150.000-400.000
357.000

269.000

287.000

Granulosit
78,2
78,9
75,2
CKMB
0 %
61,9
LDH
1,2
1032
Ca2+
9,0 – 10,5
7,1
7,9
0,39
PH
7,35 – 7,46
7,41
7,53
7,565
PCO2
35 – 45 mmHg
27
26
28,3
PO2
80 – 100 mmHg
77
76
132,9
HCO3
21 – 28 mEq/L
17,1
21,7

ProfilPengobatan
Jenis Obat
Regimen Dosis
Tanggal (Februari)
13/02
14/02
15/02
16/02
17/02
18/02
19/02
Nama Generik
Inj. Metoklopramid
3 x 10 mg
Captopril
3 x 6,25 mg
3 x 12,5
3 x 12,5
Bisoprolol 1-0-0
1,25 mg
O2
2 lpm
3 lpm
Infus RL
500 cc (7 tts/menit)
500 cc
14 tts/menit
500 cc
Dobutamin Pump
3 mg/Kg BB/menit
5 mg
Inj. Fondaparinux Na
1 x 2,5 mg
Dopamin Pump
3 g
Inj. Ceftriaxon 0-1-1
2 x 1 g
KSR
1x 600 mg






Ka-en Mg3
500 cc/24 jam






Furosemid


Extra 1 cup
2,5 mg /jam


KCl
25 mEq




Paracetamol
500 mg




Digoxin
2 x 0,25 mg




1 x 0,25


ASSESMENT
Problem Medik
S/O
Terapi
Analisis
DRP
Infark Miokard Akut inferior
Adanya Nyeri
SGOT
SGPT ↑
CKMB
DN (Vasodilator Golongan Nitrat)
Terapi ini digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan angina



Asetosal,Clopidogrel

Digunakan sebagai antiplatelet yaitu untuk memperlancar aliran darah



Simvastatin (Golongan Statin)

Digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan ateroskerosis & menstabilkan plak



Trimetazidine HCl

Sebagai obat antiaritmia




Syrup Pencahar

Untuk mempermudah pengeluaran tinja darikolon dan rektum
Untuk suplai oksigen



Diazepam

Sebagai obat penenang yang bertujuab untuk mengatasi rasa cemas dan takut



O2
Untuk suplai oksigen



Dopamin Pump
Untuk hipotensi



Furosemid
deuretik



Dobutamin Pump
Untuk efek inotropik positif



Digoxin
Meningingankan radang pada jantung



Inj.Fondaparinux Na

terjadinya tromboembolik






GangguanSaluranPencernaan
Mual, muntah, keringatdingin.
Inj. Ranitidine
Inj.  Metoclopramid
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi stress ketikamasuk RS sehinggasekresiasamlambungnyatidaktinggi
Untuk terapi mual (antiemetik)
Gangguan Saluran Pencernaan
Hipertensi
TD
Captropil
Bisoprolol
Untuk menstabilkan tekanan darah pada pasien
Hipertensi
antipiretik
Nadi tinggi
Suhu

Paracetamol

Sebagai antipiretik untuk menurunkan suhu badan  pasien


Hipokalemi
K+
Cl-
InfusPz
Infus RL
KSR
KCl
Ka-en Mg3
Untuk resuitasi cairan agar elektrolit dalam tubuh menjadi seimbang
Hipokalemi


PLAN
Modifikasi faktor risiko
·         Berhenti merokok, Pasien yang berhenti merokok akan menurunkan angka kematian dan infark dalam 1 tahun pertama.
·         Berat badan, Untuk mencapai dan /atau mempertahankan berat badan optimal.
·         Latihan melakukan aktivitas sedang selama 30-60 menit 3-4x/minggu (jalan,
·         bersepeda, berenang atau aktivitas aerobic yang sesuai)
·         Diet mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol rendah atau lemak dengan saturasi rendah
·         Kolesterol mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol. Target primer kolesterol LDL < 100mg/dl.
·         Hipertensi target tekanan darah <130/80 mmHg.
·         DM kontrol optimal hiperglikemia pada DM


Pengobatan
  • Untuk pengobatan dan indikasi obat dapat dilihat pada tabel diatas pada bagian terapi dan analisisnya
  •  Lakukan test EKG untuk mengetahui fungsi jantung dan mendeteksi irama jantung
  • Untuk pemberian antibiotik sebaiknya dilakukkan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui benar adanya infeksi karena jika dilihat dari parameter dari demamnya maka penggunaan parasetamol tenyata memberikan efek penurunan suhu tubuh dan peningkatan denyut nadi dapat terjadi karena infark miokard.

KIE
Ada beberapa yang harus diberikan tentang informasi yang perlu disampaikan kepada pasien sehubungan dengan penggunaan obat :
1.      Nama obat
Memberitahukan  obat yang tertulis pada resep/label, termasuk golongan obat bebas atau obat keras
2.      Indikasi obat tersebut
Jelasakan secara umum indikasi, kegunaan obat tersebut.
3.      Kapan obat tersebut digunakan
Jelaskan penggunaan obat sesuai label, dan memberitahukan obat tersebut digunakan sebelum, atau sesudah makan
4.      Cara penggunaan obat
Jelaskan bentuk sediaan obat (tablet,kaplet,suspensi/sirup dan sebagainya) dan bagaimana cara menggunakannya ; apakah ditelan, disisipkan dibawah lidah, dioles, dimasukkan kelubang anus dan sebagainya, seperti penggunaan ISDN sublingual; diletakan dibawah lidah, dll
5.      Hal penting yang seharusnya diperhatikan selama menggunakan obat misalnya ;
-          Hal-hal spesifik yang perlu diperhatikan terutama dalam penggunaan obat warfarin.
-          Informasikan pula bahwa bila tidak terjadi perubahan pada penyakit, pasien dianjurkan untuk kembali kedokternya. Jangan biarkan mereka memperpanjang sendiri pengobatannya .
6.      Apa yang harus dilakukan bila lupa menggunakan obat tersebut
Informasi yang diberikan tergantung pada jenis obat dan indikasinya, misalnya untuk warfarin, disarankan agar segera minum selagi ingat dan jarak waktu secukupnya untuk minum warfarin berikutnya
7.      Apa efek samping obat dan cara menyikapinya
Tergantung pada jenis obat, misalnya efek samping pusing atau sakit kepala karena minum obat ISDN, kepada pasien diberitahu bahwa sakitnya akan hilang dengan sendirinya dan kalau tidak tahan dapat menggunakan obat analgetik seperti panadol untuk mengatasinya. Pasien dinasehatkan agar tidak mengendarai kendaraan
8.      Bagaimana cara menyimpan obat
-          Informasikan bahwa mutu dan keamanan obat juga ditentukan oleh bagaimana obat itu disimpan.
-          Informasikan agar obat dijauhkan dari jangkauan anak, di tutup rapat-rapat terhindar cahaya matahari dan sebagainya .
-          Informasikan cara mengidentifikasi mutu obat secara organoleptis, misal perubahan warna bau , rasa dan bentuk.
9.      Hal-hal lain yang harus diperhatikan selama menggunakan suatu obat
-          Sampaikan pada pasien untuk memberitahukan kondisinya kepada dokter termasuk hal-hal seperti alergi obat (misal antibiotik, sedang hamil terutama trisemester pertama/menyusui keluhan gastritis dan lain-lain).
Berikut beberapa informasi terkait obat yang di gunakan pada kasusu ini
1.      Nitrat
Interval penggunaan dan dosis dijelaskan pada penderita sehingga dia mengerti kegunaan mengkonsumsi satu dosis di pagi hari dan konsumsi kedua pada tengah hari dalam rangka untuk mencegah pengembangan toleransi. Tablet isosorbid mononitrat bisa menyebabkan sakit kepala pada beberapa hari pertama pengobatan. Tetapi efek ini akan hilang pada penggunaan kontinu. Dengan demikian perlu memberi semangat penderita untuk meneruskan pengobatannya jika hal ini terjadi. Jika perlu penderita dapat meminum parasetamol tapi disarankan untuk jangan meminum produk yang mengandung aspirin sebagaimana aspirin ini mencampuri efek antiplatelet pada dosis rendah.
2.      Statin
Obat ini mempunyai mekanisme pleotrophic effect, yaitu efek lain selain efeknya dapat mengurangi atau menekan kolesterol darah (antilipidemia). Statin dibuktikan ternyata dapat memperbaiki fungsi endotel (RICIFE trial), menstabilkan plak, mengurangi pembentukan trombus, bersifat anti-inflamas dan mengurangi oksidasi lipid. Dengan kata lain obat golongan statin di samping dapat mengontrol kolesterol darah juga dapat melindungi/memelihara jantung. Sehingga, ada kalanya pada penderita SKA yang kadar kolesterol darahnya normal tetap diberikan obat golongan statin. Dengan kata lain bila penderita bertanya kenapa obat golongan statin tetap diberikan padahal kadar kolesterolnya normal, hal ini dikarenakan sifat pleotrophic effect dari statin sangat bermanfaat pada penderita SKA.
3.      Aspirin
Aspirin dosis rendah bisa mengurangi kemungkinan serangan jantung berulang dengan cara mencegah melekatnya sel-sel darah (platelet-platelet) bersamasama. Produk yang berisi dosis biasa lebih tinggi dari aspirin tidak memiliki efek ini, dengan demikian obat OTC lain yang mengandung aspirin tidak boleh digunakan. Suplai aspirin dosis rendah kemudian dapat didapat melalui resep GP atau membeli dari apotek. Aspirin paling baik digunakan bersama makanan untuk mencegah iritasi lambung.

Ketidakpatuhan
Penjelasan yang bijak, baik dan hati-hati tentang alasan dan tujuan tiap-tiap terapi serta hubungannya dengan keluhan dan gejala yang dirasa penderita, terutama terapi nitrat, aspirin, beta-bloker, ACE-I, dan statin serta penjelasan tentang waktu penggunaannya dapat membantu menghindarkan ketidakpatuhan pasien. Serta pasien diberitahu akan manfaatnya dalam mencegah memburuknya penyakit, mengurangi kemungkinan perawatan di rumah sakit dan meningkatkan harapan hidup.